Matematika
yang merupakan ilmu deduktif, aksiomatik, formal, hirarkis, abstrak, bahasa
simbol yang padat arti dan semacamnya adalah sebuah sistem matematika. Sistem
matematika berisikan model-model yang dapat digunakan untuk mengatasi
persoalan-persoalan nyata. Manfaat lain yang menonjol adalah matematika dapat
membentuk pola pikir orang yang mempelajarinya menjadi pola piker matematis
yang sistematis, logis, kritis dengan penuh kecermatan. Selain mengetahui
karakteristik matematika, guru SD perlu juga mengetahui taraf perkembangan
siswa SD secara baik dengan mempertimbangkan karakteristik ilmu matematika dan
siswa yang belajar.
Anak
usia SD sedang mengalami perkembangan dalam tingkat berfikirnya. Taraf
berfikirnya belum formal dan relatif masih kongkret, bahkan untuk sebagian anak
SD kelas rendah masih ada yang pada tahap pra-kongkret belum memahami hokum
kekekalan, sehingga sulit mengerti konsep-konsep operasi, seperti penjumlahan,
pengurangan, pembagian, dan perkalian. Sedangkan anak SD pada tahap berfikir
kongkret sudah bisa memahami hokum kekekalan, tetapi belum bisa diajak untuk
berfikir secara deduktif sehingga pembuktian dalil-dalil matematika sulit untuk
dimengerti oleh siswa. Siswa SD kelas atas (lima dan enam, dengan usia 11 tahun
ke atas) sudah pada tahap berfikir formal. Siswa ini sudah bisa berfikir secara
deduktif.
Di
setiap sekolah dalam berbagai jenis dan tingkatan pasti memiliki anak didik
yang berkesulitan belajar. Setiap kali kesulitan belajar anak didik yang satu
dapat diatasi, tetapi pada waktu yang lain muncul lagi kesulitan belajar anak
didik yang lain. Warkitri dkk mengemukakan kesulitan belajar adalah suatu
gejala yang nampak pada siswa yang ditandai adanya hasil belajar rendah
dibanding dengan prestasi yang dicapai sebelumnya. Jadi, kesulitan belajar itu
merupakan suatu kondisi dalam proses belajar yang ditandai oleh adanya
hambatan- hambatan tertentu dalam mencapai hasil belajar (1990:8). M. Alisuf
Sabri mengemukakan bahwa kesulitan belajar adalah kesukaran siswa dalam
menerima atau menyerap pelajaran disekolah, kesulitan belajar yang dihadapi
oleh siswa ini terjadi pada waktu mengikuti pelajaran yang disampaikan atau
ditugaskan oleh seorang Guru (1995:88).
Berhubungan dengan pelajaran matematika, siswa yang
mengalami kesulitan belajar antara lain disebabkan oleh hal- hal sebagai
berikut.
1. Siswa tidak bisa menangkap konsep
dengan benar. Siswa belum sampai keproses abstraksi dan masih dalam dunia
konkret. Dia belum sampai kepemahaman yang hanya tahu contoh- contoh, tetapi
tidak dapat mendeskripsikannya.
2. Siswa tidak mengerti arti
lambang-lambang. Siswa hanya menuliskan/ mengucapkan tanpa dapat
menggunakannya. Akibatnya, semua kalimat matematika menjadi tidak berarti
baginya.
3. Siswa tidak dapat memahami asal-
usul suatu prinsip. Siswa tahu apa rumusnya dan menggunakannya, tetapi tidak
mengetahui dimana atau dalam konteks apa prinsip itu digunakan.
4. Siswa tidak lancar menggunakan
operasi dan prosedur. Ketidaksamaan menggunakan operasi dan prosedur
terdahuluberpengaruh kepada pemahaman prosedur lainnya.
5. Ketidaklengkapan pengetahuan.
Ketidaklengkapan pengetahuan akan menghambat kemampuan siswa untuk memecahkan
masalah matematika, sementara itu pelajaran terusberlanjut secara berjenjang
(Sholeh, 1998:39-40).
Faktor lain yang membuat anak didik kesulitan belajar adalah
: Pertama, Faktor Anak Didik. Anak
didik adalah subjek dalam belajar. Dialah yang merasakan langsung penderitaan
akibat kesulitan belajar. Kesulitan belajar yang dialami oleh anak didik tidak
hanya bersifat menetap, tetapi juga yang bisa dihilangkan dengan usaha- usaha
tertentu. Faktor penyebab kesulitan belajar anak didik ini adalah: a)
inteligensi (IQ) yang kurang baik, b) bakat yang kurang atau tidak sesuai
dengan bahan pelajaran yang diberikan oleh guru, c) aktifitas belajar yang
kurang, lebih banyak malas daripada melakukan aktifitas belajar, d) kebiasaan
belajar yang kurang baik, belajar dengan penguasaan ilmu pengetahuan pada
tingkat hafalan tidak dengan pengertian, dan e) tidak ada motivasi dalam
belajar, sehingga materi pelajaran sukar diterima dan diserap oleh anak didik. Kedua,
Faktor Sekolah. Sekolah adalah lembaga pendidikan formal tempat
pengabdian guru dan rumah rehabilitasi anak didik. Sebagai lembaga pendidikan
yang besar tentunya sekolah juga mempunyai dampak yang besar bagi anak didik.
Kenyamanan dan ketenangan anak didik dalam belajar sangat ditentukan oleh
kondisi dan system sosial dalam menyeiakan lingkungan yang kondusif. Bila tidak,
sekolah akan ikut terlibat menimbulkan kesulitan belajar bagi anak didik.
Faktor- faktor penyebab kesulitan belajar dari sekolah seperti : a)
pribadi guru yang tidak baik, b) guru yang tidak berkualitas dalam
pengambilan metode yang digunakan dalam mengajar, c) suasana sekolah yang
kurang mnyenangkan, misalnya bising karena letak sekolah berdekatan dengan
jalan raya, d) waktu sekolah dan disiplin yang kurang, dan e)
perpustakaan belum lengkap dengan buku- buku pelajarannya untuk anak didik
0 Comments:
Posting Komentar