Sejarah Singkat Tentang Teorema Phytagoras

Sejarah Singkat Tentang Teorema Phytagoras


Teorema phytagoras merupakan suatu rumus matematika yang dikemukakan oleh seseorang yang bernama Phytagoras. Pythagoras dilahirkan di sebuah pulau bernama Samos, sebuah pulau di Yunani pada tahun 570 sebelum masehi. Selama hidupnya, dia suka berkelana ke berbagai macam tempat, seperti Mesir dan Babilonia. Selama perjalanannya, dia mengumpulkan ilmu dari peradaban tempat dia berkunjung. Kemudian, dia mulai menetap di Crotone, Italia. Di sini lah Pythagoras mendirikan suatu gerakan atau sekolah bernama Pythagorean. Di sekolahnya ini, Pythagoras mengajarkan para pengikutnya bahwa segala sesuatu yang ada di alam semesta ini bisa dinyatakan dalam bilangan-bilangan. Karena itu, Pythagoras dan para pengikutnya sangat memuja angka dan rasio-rasio yang bisa dinyatakan dengan bilangan tersebut.
Pada awalnya orang-orang di peradaban Babilonia, Mesir, India, bahkan Cina kuno ternyata sudah memiliki pemahaman tentang relasi antar sisi-sisi segitiga siku-siku beberapa ribu tahun sebelum Pythagoras lahir. Salah satu bukti sejarah adalah tablet milik peradaban Babilonia. Pada tablet ini, tertulis banyak kombinasi 3 angka yang memenuhi syarat teorema Pythagoras atau sekarang kita sebut juga sebagai Pythagorean triple. Tetapi berdasarkan sejarah pertama kalinya ditemukan teorema tersebut kenapa Phytagoras yang mendapat penghargaan?
Pythagoras mendapat penghargaan atas teorema ini karena dia dianggap sebagai orang yang membawa pengetahuan tersebut ke peradaban Yunani yang selanjutnya menjadi pusat ilmu pengetahuan pada zamannya. Pythagoras juga diusung sebagai yang pertama kali berhasil mendokumentasikan serta membuktikan teorema ini secara sistematis. Karena telah menyelesaikan teorema tersebut Phytagoras mengorbankan 100 lembu. Sejak saat itu, pengetahuan relasi antar sisi-sisi segitiga siku-siku disebut sebagai Teorema Pythagoras.
Isi dari Teorema Phytagoras itu yang sekarang sering disebut Dalil Phytagoras yaitu “Pada sebarang segitiga siku-siku, kuadrat panjang isi miring (hipotenusa) sama dengan jumlah kuadrat panjang sisi – sisi yang lain”. Berbeda dengan apa yang dikemukakan Phytagoras, Phytagoras mengemukakan bahwa Dalam suatu segitiga siku-siku, jumlah luas dari masing-masing persegi yang terbentuk dari sisi-sisi yang saling tegak lurus sama dengan luas dari persegi yang terbentuk dari sisi miringnya.”.
Jadi, matematikawan zaman Yunani kuno, seperti Euclid, tidak melihat teorema Pythagoras ini sebagai relasi antar panjang dari setiap sisi-sisi segitiga siku-siku, tetapi sebagai relasi antar luas dari persegi yang terbentuk di setiap sisi-sisi segitiga siku-siku. Mengapa bisa demikian? Karena jika teorema tersebut dinyatakan dalam relasi antara antar panjang setiap sisi-sisi segitiga siku-siku, maka Pythagoras harus berurusan dengan bilangan irasional.

0 Comments:

Posting Komentar