PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN
1.
Pengertian
Media Pembelajaran

Berdasarkan pengertian-pengertian yang telah diberikan, maka media pembelajaran merupakan segala sesuatu yang digunakan dalam kegiatan
pembelajaran agar dapat merangsang pikiran, perasaan, minat dan perhatian siswa sehingga proses interaksi komunikasi edukasi antara guru (atau pembuat media)
dan siswa dapat berlangsung secara tepat guna dan
berdayaguna.
2.
Pengertian Media Pembelajaran Matematika
Media
pembelajaran matematika adalah sarana dalam menyajikan,
mempelajarai, memahami, dan mempermudah dalam mempelajari matematika.
Matematika bersifat abstrak, bagi siswa SD dan SMP berpikir secara abstrak mungkin merupakan hal yang sulit. Oleh karena itu, diperlukan alat yang dapat
membantu siswa membayangkan hal yang
abstrak melalui benda konkret. Media pembelajaran matematika
bisa berupa alat peraga, tayangan, software, dan sebagainya. Media
pembelajaran tidak selalu berbentuk alat peraga. Papan tulis bisa menjadi media pembelajaran utama untuk menjelaskan beberapa
pokok bahas
Agar
media pembelajaran menjadi
efektif dan efisien
serta dapat digunakan dalam jangka panjang, dibutuhkan beberapa
pertimbangan dalam
membuatnya yaitu
sebagai berikut:
a. Local Material (bahan-bahan mudah didapat)
b.
Proses pembuatan
hendaknya menggunakan alat yang tepat
agar
hasilnya akurat
c. Mudah untuk dibuat oleh sendiri
d.
Efisien dalam
menggunakan
bahan
e. Terdapat petunjuk penggunaan
f.
Mudah
digunakan, baik
oleh guru, siswa,
dan orang lain yang membutuhkannya
g. Dapat membantu memahami materi
h. Tidak berbahaya
i.
Tampilanya menarik
j.
Tahan
lama
k. Bernilai
jual
(Opsional)
Dari beberapa penjelasan di atas, kita ketahui bahwa Media pembelajaran
adalah media yang digunakan dalam pembelajaran, yaitu meliputi alat bantu guru dalam mengajar serta sarana pembawa
pesan dari sumber belajar ke penerima
pesan belajar (siswa).
Sebagai penyaji dan penyalur pesan, media belajar dalam
hal-hal tertentu
bisa
mewakili guru
menyajiakan
informasi belajar kepada siswa.
Jika program media itu didesain dan dikembangkan secara baik, maka fungsi itu akan dapat diperankan oleh media meskipun tanpa keberadaan guru.
Secara umum manfaat media pembelajaran adalah memperlancar interaksi antara guru dengan
siswa sehingga kegiatan pembelajaran
lebih afektif dan efisien.
3.
Pengembangan Media
Pembelajaran
Secara garis besar kegiatan pengembangan media pembelajaran terdiri atas tiga langkah besar yang harus
dilalui, yaitu kegiatan
perencanaan, produksi dan penilaian.
Sementara
itu, dalam
rangka melakukan desain atau
rancangan
pengembangan
program media.
Arief Sadiman, dkk, memberikan urutan langkah-langkah yang
harus diambil dalam pengembangan program media menjadi 6 (enam) langkah sebagai berikut:
1)
Menganalisis kebutuhan dan karakteristik
siswa
Kebutuhan
dalam proses belajar mengajar adalah kesenjangan antara apa yang
dimiliki siswa dengan apa yang
diharapkan. Contoh jika kita mengharapkan
siswa dapat melakukan sholat dengan baik dan benar, sementara mereka baru bisa
takbir saja, maka perlu
dilakukan latihan untuk ruku,
sujud, dan seterusnya
Setelah kita menganalisis kebutuhan
siswa, maka kita juga perlu menganalisis karakteristik siswanya,
baik menyangkut kemampuan
pengetahuan atau
keterampilan yang telah dimiliki siswa sebelumnya. Cara mengetahuinya bisa dengan tes atau dengan yang lainnya. Langkah ini dapat disederhanakan dengan
cara
mengenalisa topik-topik
materi ajar yang
dipandang sulit dan karenanya
memerlukan bantuan media. Pada langkah ini sekaligus pula dapat ditentukan ranah tujuan pembelajaran yang hendak
dicapai,
termasuk rangsangan
indera mana
yang diperlukan
(audio, visual, gerak
atau diam).
2)
Merumuskan
tujuan
intruksional
(Instructional objective) dengan operasional dan
khas
Tujuan merupakan sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan
kita. Tujuan dapat memberikan arah tindakan yang kita lakukan. Dalam proses belajar mengajar,
tujuan instruksional merupakan faktor
yang sangat penting.
Tujuan dapat memberikan arah kemana siswa akan
pergi,
bagaimana ia harus pergi
kesana, dan bagaimana ia tahu bahwa telah sampai ke
tempat tujuan. Tujuan ini
merupakan pernyataan yang menunjukkan perilaku yang harus dapat dilakukan
siswa setelah ia mengikuti proses
instruksional tertentu.
Untuk dapat merumuskan tujuan instruksional dengan baik,
ada
beberapa ketentuan yang
harus diingat, yaitu:
a.
Tujuan instruksional harus
berorientasi kepada
siswa. Artinya tujuan
instruksional itu benar-benar harus menyatakan adanya prilaku siswa yang dapat
dilakukan atau
diperoleh setelah proses
belajar dilakukan.
b. Tujuan harus dinyatakan dengan kata kerja yang operasional, artinya kata kerja
itu menunjukkan suatu prilaku/perbuatan yang dapat
diamati
atau diukur.
3)
Merumuskan butir-butir materi secara terperinci yang mendukung tercapainya
tujuan
Penyusunan rumusan butir-butir
materi adalah dilihat dari sub
kemampuan atau
keterampilan yang dijelaskan
dalam tujuan khusus pembelajaran, sehingga
materi yang
disusun adalah dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan dari kegiatan proses belajar mengajar tersebut. Setelah daftar butir-butir
materi dirinci maka langkah selanjutnya adalah mengurutkannya dari yang sederhana sampai kepada tingkatan yang
lebih rumit, dan dari hal-hal yang konkrit kepada yang abstrak.
4)
Mengembangkan alat
pengukur keberhasilan
Alat pengukur keberhasilan seyogyanya dikembangkan
terlebih
dahulu sebelum naskah program
ditulis. Dan
alat pengukur ini harus
dikembangkan sesuai dengan tujuan yang
akan dicapai dan dari materi-materi pembelajaran yang
disajikan. Bentuk alat pengukurnya bisa dengan tes, pengamatan, penugasan atau checklist
prilaku.
Instrumen tersebut akan digunakan oleh pengembang media, ketika melakukan tes uji coba dari program media yang dikembangkannya. Misalkan alat
pengukurnya tes,
maka siswa nanti akan diminta mengerjakan materi tes tersebut.
Kemudian dilihat bagaimana hasilnya. Apakah siswa
menunjukkan penguasaan materi yang
baik atau tidak dari efek media yang digunakannya atau dari materi
yang dipelajarinya melalui sajian
media. Jika tidak maka
dimanakah
letak kekurangannya. Dengan demikian, maka siswa dimintai tanggapan tentang media tersebut, baik dari segi
kemenarikan maupun
efektifitas penyajiannya.
5)
Menulis
naskah media
Naskah media
adalah bentuk penyajian
materi pembelajaran melalui media rancangan yang merupakan penjabaran
dari pokok-pokok materi
yang
telah disusun secara baik seperti yang
telah dijelaskan di atas. Supaya materi
pembelajaran itu dapat disampaikan melalui media, maka materi tersebut perlu
dituangkan
dalam
tulisan atau gambar yang kita sebut
naskah program
media.
Naskah program media maksudnya adalah sebagai penuntun kita
dalam memproduksi media. Artinya menjadi penuntut kita dalam mengambil gambar
dan
merekam suara. Karena naskah ini berisi urutan gambar dan grafis yang perlu
diambil oleh kamera atau bunyi dan suara yang harus direkam. Dalam teknis
penulisannya, naskah tersebut dilakukan melalui tahapan-tahapan.
Tahapan dalam pembuatan
atau penulisan naskah adalah berawal dari adanya ide dan gagasan yang
disesuaikan dengan tujuan pembelajaran.
selanjutnya pengumpulan data dan informasi, penulisan sinopsis
dan treatment,
penulisan naskah, pengkajian naskah atau revisi naskah, revisi naskah sampai
naskah siap diproduksi.
Ada beberapa macam bentuk naskah program media, namun pada
prinsipnya mempunyai
maksud yang sama, yaitu sebagai penuntun dan usaha
memproduksi media pembelajaran. Naskah program media terdiri dari urutan gambar, caption atau grafis yang
perlu diambil dengan alat kamera dan suara atau
bunyi yang
diambil dengan alat perekam suara. Lembaran naskah tersebut dibagi menjadi dua kolom, di sebelah
kiri terdiri dari gambar, caption atau grafis.
Sedangkan di sebelah kanan berisi narasi atau percakapan yang dibaca narator atau
pelaku, dan suara lain yang diperlukan.
6)
Mengadakan penilaian (evaluasi media) dan revisi
Penilaian media adalah kegiatan untuk menguji atau mengetahui tingkat efektifitas dan kesesuaian media yang
dirancang dengan tujuan yang
diharapkan dari program tersebut. Sesuatu program media yang
oleh pembuatnya dianggap telah baik, tetapi bila program itu tidak menarik, atau sukar dipahami atau tidak
merangsang proses belajar bagi siswa yang ditujunya, maka program semacam ini tentu
saja tidak dikatakan baik.
Evalusi media
pembelajaran adalah suatu tindakan proses atau kegiatan yang
dilaksanakan dengan maksud untuk menentukan nilai dari segala media atau
alat yang
digunakan dalam kegiatan belajar mengajar. Penilaian ini dimaksudkan
untuk mengetahui apakah media
yang dibuat tersebut dapat mencapai
tujuan- tujuan yang telah
ditetapkan atau tidak.
Dalam melakukan evaluasi
terhadap media
pembelajaran,
pertanyaan
pokok yang sering muncul adalah apa yang
harus dievaluasi. Ini berarti, setiap
evaluator untuk melihat kembali fungsi dan
prinsip penggunaan
media.
Dalam melakukan evaluasi terhadap media
pembelajaran, aspek psikologis perlu
dipertibangkan.
Sebab aspek
psikologis inilah
yang
membuat orang memiliki gaya
belajar berbeda. Menurut Michael Gardner
ada tiga gaya belajar yang
dimiliki manusia yakni: gaya belajar
visual (belajar dengan cara melihat), gaya belajar audiotorial (belajar
dengan cara mendengar)
dan
gaya belajar kinestetik (belajar dengan cara bergerak,
bekerja dan
menyentuh).
Tes atau uji coba
tersebut dapat dilakukan baik melalui perseorangan atau melalui kelompok kecil atau juga
melalui tes lapangan, yaitu dalam proses
pembelajaran yang sesungguhnya dengan menggunakan media yang
dikembangkan. Sedangkan
revisi adalah kegiatan untuk memperbaiki hal-hal yang dianggap
perlu mendapatkan perbaikan atas
hasil dari
tes.
Apabila dikaitkan
dengan tujuan evaluasi sebagaimana yang telah
dikemukakan, maka ada berbagai jenis evualuasi terhadap media
pembelajaran. Berdasarkan prosesnya, evaluasi media ini terdiri dari evaluasi formatif
dan evaluasi sumatif.
Evaluasi formatif adalah proses yang
dimaksudkan untuk mengumpulkan
data tentang efektifitas dan efisien
bahan-bahan pembelajaran (dalam hal ini
medianya) untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan. Data-data tersebut
dimaksudkan untuk memperbaiki dan menyempurnakan media yang
bersangkutan agar lebih
efektif dan efisien.
Dalam bentuk finalnya, setelah media tersebut diperbaiki dan disempurnakan, maka
data akan dikumpulkan untuk menentukan
apakah media
tersebut patut digunakan dalam situasi-situasi tertentu atau media tersebut benar-
benar efektif seperti yang
dilaporkan. Jenis evaluasi inilah yang
kemudian disebut
dengan evaluasi
sumatif.
Ada 3 tahapan dalam mengevaluasi atau menilai
suatu media pembelajaran diantaranya adalah
:
a. Evaluasi
satu lawan Satu
Pada tahap ini seorang designer memiilih beberapa orang siswa (tidak
lebih dari tiga orang) yang dapat mewakili populasi target dari media yang dibuat. Sajikan media tersebut kepada mereka secara individual.
Kalau media itu didesain
untuk belajar mandiri, biarkan siswa
mempelajarinya, sementara
pengembang (developer)
mengamatinya. Kedua
orang siswa yang telah dipilih tersebut hendaknya satu orang dari populasi
target yang berkemampuan yang
umumnya sedikit di bawah rata-rata dan satu orang
lagi diatas rata-rata. Dengan kata lain, dalam
menentukan kelompok ini variasi kemampuan
akademis populasi target dipertimbangkan.
b. Evaluasi
kelompok kecil
Pada tahap ini media perlu dicobakan kepada 10-12 orang
siswa yang dapat
mewakili populasi target. Jumlah 10 merupakan jumlah minimal, sebab kalau kurang dari jumlah tersebut data yang
diperoleh kurang
dapat menggambarkan
populasi target. Sabaliknya jika lebih
dari 12, data atau
informasi melebihi yang
diperlukan, akbibatnya kurang bermanfaat untuk
dianalisis dalam kelompok kecil. Siswa
yang dipilih dalam kegiatan ini hendaknya
mencerminkan
karakteristik
populasi.Usahakan sampel tersebut terdiri dari siswa-siswa yang
kurang pandai, sedang, dan
pandai, laki-laki
dan perempuan,
berbagai
usia
dan latar belakang.
c.
Evaluasi Lapangan
Evaluasi lapangan adalah tahap akhir dari evaluasi formatif yang perlu
dilakukan. Evaluasi lapangan diusahakan situasinya
semirip mungkin dengan
situasi sebenarnya. Setelah melalui dua tahap evaluasi di atas tentulah media yang
dibuat sudah mendekatki kesempurnaan.
Namun dengan hal itu masih
harus dibuktikan. Melalui evaluasi lapangan inilah, kebolehan media yang kita buat itu
diuji. Dalam melakukan evaluasi lapangan seorang designer memilih sekitar 30
orang siswa
sambil
memperhatikan beragam
karakteristik seperti kepandaian,
kelas sosial, latar belakang, jenis kelamin, usia, kemajuan belajar, dan lain
sebagainya sesuai dengan
karakteristik
sasaran.
Jika
semua langkah-langkah tersebut telah dilakukan dan telah dianggap
tidak ada lagi yang perlu direvisi, maka langkah selanjutnya adalah media tersebut
siap untuk diproduksi. akan tetapi bisa saja terjadi
setelah dilakukan
produksi
ternyata setalah disebarkan atau disajikan ada beberapa
kekurangan dari aspek materi
atau
kualitas sajian
medianya (gambar
atau
suara) maka dalam kasus seperti ini dapat pula dilakukan perbaikan (revisi) terhadap aspek yang
dianggap kurang. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan kesempurnaan dari media yang
dibuat, sehingga para
penggunanya akan mudah menerima pesan-pesan yang disampaikan
melalui media tersebut.
4. Contoh Media Pembelajaran
1. Media Pembelajaran
Alat Peraga
a. Pengertian Alat Peraga
Menurut kamus besar
bahasa Indonesia, Alat peraga
adalah alat bantu untuk mendidik atau mengajar supaya apa yang diajarkan
mudah dimengerti anak didik.
Menurut Sudjana
(2009) bahwa Alat peraga adalah suatu alat yang dapat diserap oleh mata
dan
telinga dengan tujuan membantu guru agar proses belajar mengajar siswa lebih efektif
dan efisien.
Menurut Sumad
(1972), Alat
peraga
adalah alat
untuk
memberikan
pelajaran atau yang dapat diamati melalui panca indera.
b. Tujuan
Alat Peraga
Berikut ini beberapa tujuan
alat peraga sebagai berikut:
·
Alat peraga pendidikan bertujuan agar proses pendidikan lebih efektif dengan jalan
meningkatkan
semangat belajar siswa.
·
Alat peraga pendidikan
memungkinkan lebih sesuai dengan perorangan, dimana para siswa
belajar dengan banyak kemungkinan sehingga belajar
berlangsung sangat menyenangkan
bagi masing-masing
individu.
·
Alat peraga
pendidikan memiliki
tujuan
agar belajar lebih cepat dan teratur.
c. Manfaat
Alat
Peraga
Berikut ini adalah manfaat dari penggunaan alat peraga antara lain sebagai berikut:
·
Menimbulkan minat sasaran pendidikan.
·
Mencapai
sasaran yang lebih
banyak.
·
Membantu dalam
mengatasi berbagai
hambatan dalam proses pendidikan.
·
Merangsang
masyarakat
atau sasaran pendidikan untuk mengimplementasikan atau
melaksanakan pesan-pesan kesehatan atau pesan pendidikan yang disampaikan.
·
Membantu sasaran
pendidikan untuk belajar dengan
cepat
dan belajar lebih banyak materi atau bahan yang disampaikan.
·
Merangsang sasaran pendidikan untuk dapat meneruskan pesan-pesan yang disampaikan pemateri
kepada orang lain.
·
Mempermudah penyampaian bahan atau materi pendidikan atau informasi oleh para pendidik atau
pelaku
pendidikan.
·
Mempermudah
penerimaan informasi
oleh
sasaran pendidikan.
Seperti
diuraikan di atas, bahwa pengetahuan yang
ada
pada seseorang
diterima melalui
panca indera.
2.
Media Pembelajaran
Microsoft Powerpoint
a. Pengertian Microsoft Powerpoint
Microsoft
Powerpoint adalah sebuah
program aplikasi Microsoft Office
yang berguna sebagai media presentasi dengan menggunakan beberapa slide.
Aplikasi ini sangat digemari dan banyak digunakan dari berbagai kalangan baik
itu pelajar, perkantoran
dan
bisnis, pendidik, dan trainer.
Kehadiran powerpoint
membuat sebuah presentasi
berjalan lebih mudah dengan dukungan fitur
yang sangat menarik dan canggih. Fitur template atau
desain
juga
akan mempecantik sebuah presentasi powerpoint.
b. Fungsi dan Kegunaan Microsoft Power Point
Kegunaan atau
fungsi dari
Ms. Powerpoint adalah sebagai berikut
·
Sarana untuk
mempermudah
sebuah presentasi.
·
Membuat sebuah presentasi berbentuk softcopy sehingga
dapat diakses
oleh berbagai perangkat komputer.
·
Membuat presentasi dalam bentuk slide yang menarik dan cantik dengan dukungan fitur audio, video, gambar dan animasi serta template atau desain yang
akan
dipergunakan.
·
Mempermudah
dalam membuat, mengatur dan
mencetak berbagai
slide.
3. Media Pembelajaran Microsoft Powerpoint
a. Pengertian Applet
Applet adalah sebuah program kecil yang
ditulis dengan menggunakan
bahasa pemrograman Java, yang diakses melalui halaman Web dan dapat
didownload ke dalam
mesin
klien
yang kemudian menjalankannya di dalam
jendela penjelajah web. Java applet secara dinamis dapat menambahkan beberapa
fungsi kepada halaman-halaman web yang bersifat statis.
b. Fungsi dan Kegunaan Applet
Kegunaan atau
fungsi dari
permainan Applet
adalah sebagai berikut
·
Melatih
minat
dan kreatifitas siswa.
·
Membuat proses
pembelajaran matematika yang menyenangkan serta
menghibur.
·
Menambah
ilmu pengetahuan
dan teknologi
serta mampu mengoperasikannya.
4. Media Video Pembelajaran
a. Pengertian Video
Pembelajaran
Menurut Cheppy
Riyana (2007) media video pembelajaran adalah media
yang menyajikan audio dan visual yang berisi pesan-pesan pembelajaran baik
yang berisi konsep,
prinsip, prosedur, teori aplikasi pengetahuan untuk membantu pemahaman terhadap suatu materi pembelajaran. Video merupakan bahan
pembelajaran tampak dengar (audio visual) yang dapat digunakan untuk menyampaikan
pesan-pesan/materi
pelajaran.
b. Karakteristik Media Video
Pembelajaran
Menurut Cheppy
Riyana (2007:8-11) untuk menghasilkan video
pembelajaran yang mampu meningkatkan motivasi dan efektivitas penggunanya maka pengembangan video pembelajaran harus memperhatikan karakteristik dan kriterianya.
Karakteristik
video pembelajaran yaitu:
1.
Clarity of Massage (kejalasan pesan)
Dengan media video siswa dapat memahami pesan pembelajaran secara lebih bermakna dan informasi dapat diterima secara
utuh sehingga dengan sendirinya informasi akan tersimpan dalam memory jangka panjang dan bersifat retensi.
2.
Stand
Alone (berdiri sendiri).
Video yang dikembangkan tidak bergantung pada bahan ajar lain atau tidak harus
digunakan
bersama-sama
dengan bahan ajar lain.
3.
User Friendly (bersahabat/akrab
dengan pemakainya).
Media video menggunakan bahasa yang sedehana, mudah dimengerti, dan
menggunakan bahasa yang
umum. Paparan informasi yang tampil
bersifat membantu dan bersahabat dengan pemakainya, termasuk
kemudahan pemakai
dalam merespon, mengakses
sesuai dengan
keinginan.
4.
Representasi Isi
Materi harus
benar-benar
representatif, misalnya materi simulasi atau demonstrasi. Pada dasarnya materi pelajaran baik sosial maupun sain dapat dibuat
menjadi media video.
5.
Visualisasi dengan media
Materi dikemas
secara multimedia
terdapat didalamnya
teks,
animasi,
sound, dan video sesuai tuntutan materi. Materi-materi yang digunakan bersifat
aplikatif, berproses, sulit terjangkau berbahaya apabila langsung
dipraktikkan, memiliki tingkat
keakurasian tinggi.
6.
Menggunakan kualitas
resolusi yang tinggi
Tampilan berupa
grafis media
video dibuat dengan
teknologi
rakayasa digital
dengan resolusi
tinggi
tetapi support untuk setiap spech system komputer.
7.
Dapat
digunakan
secara klasikal
atau individual
Video pembelajaran dapat
digunakan
oleh
para
siswa secara
individual, tidak hanya dalam setting sekolah, tetapi juga
dirumah.
Dapat pula digunakan
secara klasikal dengan jumlah siswa maksimal 50 orang
bisa dapat dipandu oleh guru atau cukup
mendengarkan uraian narasi dari narator yang telah tersedia dalam
program
c. Manfaat Menggunakan
Video Pembelajaran
Untuk
mencapai tujuan
pembelajaran yang
optimal sangatlah perlu
menggunakan media
sebagai alat bantu dalam proses
pembelajaran. Adapun manfaat
penggunaan media
video pada proses pembelajaran
adalah
sebagai
berikut:
1.
Sangat
membantu tenaga
pengajar dalam
mencapai
efektifitas
pembelajaran khususnya pada mata pelajaran yang mayoritas
praktek.
2.
Memaksimalkan pencapaian
tujuan
pembelajaran
dalam waktu
yang singkat.
3.
Dapat
merangsang minat belajar
peserta didik untuk
lebih mandiri.
4.
Peserta didik dapat berdiskusi atau minta penjelasan kepada teman sekelasnya.
5.
Peserta didik dapat belajar untuk lebih berkonsentrasi.
6.
Daya nalar
Peserta didik lebih terfokus dan lebih kompeten.
7.
Peserta
didik menjadi aktif
dan termotivasi
untuk
mempraktekan latihan-latihan.
8.
Hal-hal
yang bersifat
abstrak
dapat dikonkreatka
0 Comments:
Posting Komentar