Rasa takut terhadap pelajaran matematika (fobia matematika) sering
kali menghinggapi perasaan para siswa dari tingkat SD sampai dengan SMA bahkan
hingga perguruan tinggi. Padahal, matematika itu bukan pelajaran yang sulit, dengan kata lain sebagaimana
dituturkan oleh ahli matematika ITB Iwan Pranoto, setiap orang bisa
bermatematika. Menurut Iwan, masalah fobia matematika kerap dianggap sangat
krusial dibandingkan bidang studi lainnya karena sejak SD bahkan TK, siswa
sudah diajarkan matematika. “Kalau fisika, baru diajarkan di tingkat SMP.
Karena itu, fobia fisika menjadi tidak begitu krusial dibandingkan
matematika,”. Apalagi Kimia yang baru diajarkan ketika tingkat SMA.
Fobia Matematika
Pernah dalam suatu diskusi ada pertanyaan “unik”. Apa kepanjangan
dari Matematika? Dalam benak saya, apa ada kepanjangan Matematika, selama ini
yang diketahui kebanyakan orang, Matematika adalah tidak lebih dari sekedar
ilmu dasar sains dan teknologi yang tentunya bukan merupakan singkatan. Setelah
berfikir agak lama hampir mengalami kebuntuan dalam berfikir akhirnya Nara
Sumber menjelaskan, bahwa Matematika memiliki kepanjangan dalam 2 versi.
Pertama, Matematika merupakan kepanjangan dari MAkin TEkun MAkin TIdak KAbur,
dan kedua adalah MAkin TEkun MAkin TIdak KAruan. Dua kepanjangan
tersebut tentunya sangat berlawanan. Untuk kepanjangan pertama
mungkin banyak kalangan yang mau menerima dan menyatakan setuju. Karena siapa
saja yang dalam kesehariannya rajin dan tekun dalam belajar matematika baik itu
mengerjakan soal-soal latihan, memahami konsep hingga aplikasinya maka
dipastikan mereka akan mampu memahami materi secara tuntas. Karena hal tersebut
maka semuanya akan menjadi jelas dan tidak kabur. Berbeda dengan kepanjangan
versi kedua, tidak dapat dibayangkan jika kita semakin tekun dan ulet belajar
matematika malah menjadi tidak karuan alias amburadul. Mungkin kondisi ini
lebih cocok jika diterapkan kepada siswa yang kurang berminat dalam belajar matematika
(bagi siswa yang memiliki keunggulan di bidang lain) sehingga dipaksa dengan
model apapun kiranya agak sulit untuk dapat memahami materi matematika secara
tuntas dan lebih baik mempelajari bidang ilmu lain yang dianggap lebih cocok
untuk dirinya dan lebih mudah dalam pemahamannya.
Terkait dengan rasa apriori berlebihan terhadap
matematika ditemukan beberapa penyebab fobia matematika di antaranya adalah
yang mencakup penekanan belebihan pada penghafalan semata, penekanan pada
kecepatan atau berhitung, pengajaran otoriter, kurangnya variasi dalam proses
belajar-mengajar matematika, dan penekanan berlebihan pada prestasi individu.
Oleh sebab itu, untuk mengatasi hal ini, peran guru sangat penting. Karena
begitu pentingnya peran guru dalam mengatasi fobia matematika, maka pengajaran
matematika pun harus dirubah. Jika sebelumnya, pengajaran matematika terfokus
pada hitungan aritmetika saja, maka saat ini, guru-guru harus meningkatkan
kemampuan siswa dalam bernalar dengan menggunakan logika matematis.
Sekedar diketahui bahwa matematika bukan hanya sekadar aktivitas
penjumlahan, pengurangan, pembagian, dan perkalian karena bermatematika di
zaman sekarang harus aplikatif dan sesuai dengan kebutuhan hidup modern. Karena
itu, materi matematika bukan lagi sekadar aritmetika tetapi beragam jenis topik
dan persoalan yang akrab dengan kehidupan sehari-hari.
“Jika anak sering
menemukan orang tua menggunakan konsep matematika, anak akan menangkap
informasi tersebut dan akan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
Seperti, pengaturan uang saku dan tabungan hingga pengaturan jadwal kereta api
atau penerbangan,”
Tetapi, yang penting untuk diketahui dan dijadikan pegangan adalah bahwa
matematika itu merupakan ilmu dasar dari pengembangan sains (basic of science)
dan sangat berguna dalam kehidupan. Dalam perdagangan kecil-kecilan saja, orang
dituntut untuk mengerti aritmetika minimal penjumlahan dan pengurangan. Bagi
pegawai/karyawan perusahaan harus mengerti waktu/jam, Bendaharawan suatu
perusahaan harus memahami seluk beluk keuangan. Ahli agama, politikus, ekonom,
wartawan, petani, ibu rumah tangga, dan semua manusia “sebenarnya” dituntut
menyenangi matematika yang kemudian berupaya untuk belajar dan memahaminya,
mengingat begitu pentingnya dan banyaknya peran matematika dalam kehidupan
manusia
0 Comments:
Posting Komentar